SOLOPEDULI melalui programnya, santunan kesehatan, terus berikhtiar membantu masyarakat yang mengalami keterbatasan fisik karena sakit atau kecelakaan, agar tetap memiliki kesempatan untuk hidup lebih mandiri dan berdaya.
Belum lama ini, tim SOLOPEDULI berkunjung langsung ke rumah calon penerima manfaat bantuan kaki palsu. Salah satu yang dikunjungi adalah Bapak Triyanto (55), warga Dukuh Kolekan, Desa Beku, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, pada Kamis (23/05/2025).
Ia tinggal bersama istrinya, Ibu Nur Saidah, yang merupakan ibu rumah tangga. Pak Triyanto harus menghadapi kenyataan pahit ketika kakinya harus diamputasi pada bulan Maret 2025 lalu, akibat komplikasi dari penyakit diabetes yang telah dideritanya sejak awal tahun 2024. Awalnya, kaki kanan beliau mengalami pembengkakan yang tidak kunjung sembuh, hingga akhirnya memburuk dan mengancam keselamatannya. Setelah melalui proses medis, amputasi menjadi satu-satunya jalan untuk menyelamatkan nyawa.
dok.humas: Pak Triyanto dengan kondisi kakinya yang harus diamputasi satu, dan berjalan dengan bantuan kruk
Sebelum kejadian tersebut, Pak Triyanto bekerja sebagai sopir angkutan barang pekerjaan yang selama bertahun-tahun menjadi sumber penghasilan utama bagi keluarga kecilnya. Namun, sejak kehilangan kakinya sebelah, ia juga kehilangan mata pencaharian. Kini, untuk menjalani aktivitas sehari-hari, Pak Triyanto hanya bisa mengandalkan alat bantu berupa dua kruk. Tentu saja, mobilitasnya sangat terbatas, dan hal ini berdampak besar pada kehidupan sosial dan ekonominya.
“Kaki saya mulai bengkak sejak tahun lalu, dan akhirnya harus diamputasi bulan Maret kemarin. Sekarang banyak aktivitas yang tidak bisa saya lakukan sendiri. Kalau bisa mendapatkan kaki palsu, insyaAllah saya bisa kembali bekerja dan lebih mandiri,” ungkap Pak Triyanto kepada Soni Raharjo, Kepala Charity Solopeduli, yang berkunjung di kediamannya.
Kehidupan rumah tangga Pak Triyanto kini bertumpu pada bantuan dan perhatian dari tetangga serta sanak saudara. Sang istri pun hanya dapat merawat beliau di rumah tanpa adanya sumber penghasilan tetap. Dalam kondisi seperti ini, harapan untuk kembali berjalan dan bekerja menjadi impian yang begitu besar bagi Pak Triyanto.
Melalui program bantuan kaki palsu ini nantinya, SOLOPEDULI berkomitmen untuk tidak hanya memberikan alat bantu fisik, tetapi juga menghadirkan kembali harapan dan semangat hidup. Kunjungan yang dilakukan bertujuan untuk memastikan bahwa bantuan yang akan diberikan benar-benar sesuai dengan kebutuhan penerima, baik dari segi ukuran, kenyamanan, maupun kondisi kesehatan secara umum.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap bantuan yang disalurkan benar-benar mampu memberikan manfaat jangka panjang. Kaki palsu bukan hanya alat bantu, tetapi simbol dari harapan, kemandirian, dan kesempatan untuk kembali bangkit,” ujar Soni Raharjo.
Diharapkan, dalam waktu dekat bantuan kaki palsu ini dapat segera direalisasikan sehingga Pak Triyanto dapat kembali menjalani hidup dengan lebih produktif. Ini merupakan bagian dari komitmen SOLOPEDULI dalam mewujudkan masyarakat yang lebih peduli, inklusif, dan saling menguatkan.
Kami mengajak para dermawan, mitra, dan masyarakat luas untuk turut serta mendukung program-program kemanusiaan SOLOPEDULI. Bersama, kita bisa membantu lebih banyak orang seperti Pak Triyanto agar dapat kembali melangkah, menjemput harapan, dan menata masa depan yang lebih baik.(snk)